Kamis, 11 Oktober 2012

Pusat Grosir Batik di Tanah Abang

Menjelang bulan suci Ramadhan, Pasar yang menjadi pusat Grosir Baju Batik Tanah Abang tiap hari didatangi ribuan pembeli. Pengunjung bukan hanya dari Jakarta dan sekitarnya, tapi dari berbagai Nusantara, bahkan pedagang dan pembeli dari luar negeri mendatangi pasar yang sudah berusia 272 tahun.

Beberapa tahun sebelum dibangunnya pasar, balatentara Mataram pimpinan Sultan Agung ketika menyerbu Batavia (1628) pasukannya bermarkas di Tanah Abang. Karena tanahnya merah (abang), askar-askar Mataram menyebutnya Tanah Abang, nama yang hingga kini masih tidak berubah.

Jika pada tahun 2012 sekarang ini kita harus bersusah payah memasuki pasar yang menjadi pusat grosir baju batik tanah abang dibangun Yustinus Vink (1735), seorang anggota Dewan Hindia Belanda, tidak demikian pada saat-saat pasar tersebut mulai beroperasi. Setidaknya terlihat dari foto hasil jepreten Jacobus Anthonie Meessen (September 1867), memperlihatkan Jalan Fachruddin (masa Belanda bernama Tanah Abang Barat) terletak di pinggiran pasar yang dibangun bersamaan Pasar Senen. Tanah Abang, punya riwayat sejarah panjang.


Sementara Kapiten Cina kedua Phoa Beng Koan , yang memiliki perkebunan luas di Tanah Abang kemudian membangun kanal yang kini tersisa sebagai got besar . Dari kanal yang menyambung hingga Molenvliet (Harmoni), kapiten yang sangat tajir ini menyuplai hasil-hasil pertanian miliknya ke pusat kota (kala itu di sekitar Pasar Ikan, Jakarta Utara). Pusat grosir baju batik tanah abang kala itu menghasilkan gula dalam jumlah besar, kayu jati, minyak kacang, jahe, minyak melati, serta kelapa. Sampai saat ini di bekas perkebunan masih jadi nama kampung. Seperti Kebun Kacang, Kebun Jahe, Kebun Melati, dan Kebun Jati nama kampung yang menuju ke Jati Petamburan. Banyak sekali orang keturunan Tionghoa tinggal di sekitar Tanah Abang setelah terjadi peristiwa pembantaian kejam terhadap mereka oleh kompeni yang berpusat di Glodok, Jakarta Barat.